1. HIDROPONIK
Hidroponik
(hydroponic) berasal dari kata Yunani yaitu hydro yang berarti air dan ponos yang artinya daya. Hidroponik juga
dikenal sebagai soilless culture atau budidaya tanaman tanpa tanah. Jadi
hidroponik berarti budidaya tanaman yang mamanfaatkan air dan tanpa menggunakan
tanah sebagai media tanam atau soilles. Pemilihan jenis tanaman yang akan
dibudidayakan untuk skala usaha komersial harus diperhatikan. Sebagai contoh
jenis tanaman yang mempunyai nilai jual di atas rata-rata, yaitu: a. Paprika b.
Tomat c. Timun Jepang d. Melon e. Terong Jepang f. Selada
Selain
jenis tanaman di atas, banyak lagi yang dapat dibudidayakan dengan teknik
hidroponik apabila dilakukan hanya pada kegiatan hobi saja.
Bertanam
dengan sistem hidroponik, dalam dunia pertanian bukan merupakan hal yang baru.
Namun demikian hingga kini masih banyak masyarakat yang belum tahu dengan jelas
bagaimana cara melakukan dan apa keuntungannya. Untuk itu dalam tulisan ini
akan dipaparkan secara ringkas dan praktis bertanam dengan cara hidroponik.
Dalam kajian bahasa, hidroponik berasal dari kata hydro yang berarti air dan
ponos yang berarti kerja. Jadi, hidroponik memiliki pengertian secara bebas
teknik bercocok tanam dengan menekankan pada pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi
tanaman, atau dalam pengertian sehari-hari bercocok tanam tanpa tanah. Dari
pengertian ini terlihat bahwa munculnya teknik bertanam secara hidroponik
diawali oleh semakin tingginya perhatian manusia akan pentingnya kebutuhan
pupuk bagi tanaman.
Dimanapun
tumbuhnya sebuah tanaman akan tetap dapat tumbuh dengan baik apabila nutrisi
(hara) yang dibutuhkan selalu tercukupi. Dalam konteks ini fungsi dari tanah
adalah untuk penyangga tanaman dan air yang ada merupakan pelarut unsur hara
(nutrisi), untuk kemudian bisa diserap tanamanan. Dari pola pikir inilah yang
akhirnya melahirkan teknik bertanam dengan hidroponik, dimana yang ditekankan
adalah pemenuhan kebutuhan nutrisi (hara) sebagaimana yang telah disampaikan
dimuka.
Macam-Macam Hidroponik
- Static solution culture / kultur air statis
- Continuous-flow solution culture, contoh : NFT,DFT
- Aeroponics
- Passive sub-irrigation
- Ebb and flow atau flood and drain sub-irrigation
- Run to waste
- Deep water culture
- Bubbleponics
- Bioponic
Media Tanam Inert
Hidroponik
Media tanam inert adalah media tanam yang tidak menyediakan
unsur hara. Pada umumnya media tanam inert berfungsi sebagai buffer dan
penyangga tanaman.
- Arang sekam
- Spons
- Expanded clay
- Rock wool
- Coir
- Perlite
- Pumice
- Vermiculite
- Pasir
- Kerikil
- Serbuk kayu
Bahan-bahan untuk Hidroponik
Pot
yang ukuran besarnya disesuaikan dengan tanaman yang akan dijadikan maskot,
bisa berupa tanaman sayur seperti terong dan sebagainya. Bisa juga tanaman
tahunan seperti kedondong, jambu ataupun juga bunga-bungaan. Pot yang digunakan
sebaiknya pot bertingkat, yang dilengkapi dengan wadah penampung air dibagian
dasarnya. Bahan pot dapat dari tanah liat dan juga plastik, keduanya memiliki
keunggulan dan kelemahan masing-masing. Pot dari tanah liat misalnya memiliki
keunggulan mampu menjaga stabilitas temperatur media, akan tetapi cepat
berlumut dan mudah rusak. Sementara pot dari plastik lebih awet namun tidak
bisa melewatkan air dari dinding potnya sehingga stabilitas media tidak stabil.
Kemudian sebagai media tanam diantaranya dapat digunakan pasir, batu apung
putih, batu zeolit, pecahan batu bata, batu kali dan kawat kasa nilon. Untuk
menjaga sterilitas bahan, sebaiknya semua bahan direbus dulu sebelum dijadikan
media tanam. Sedangkan tanamannya, diambil tanaman yang telah tumbuh di dalam polybag
dan siap direplanting kedalam pot.
Cara Penanaman
Apabila
semua bahan sudah siap, pertama-tama ambil kawat kasa nilon letakkan didasar
pot. Kemudian masukkan pecahan batu bata selapis, di atasnya diberi batu apung
dan batu zeolit hingga sepertiga bagian dari pot yang digunakan. Setelah itu,
ambil tanaman yang siap dipindahkan dari polybag ke pot, caranya bersihkan akar
tanaman yang selama ini sudah tumbuh di polybag tersebut dengan cara melarutkan
media tanamnya (tanah) kedalam air. Setelah akar-akarnya kelihatan bersih,
kemudian kita amati kembali akar tersebut. Bila ditengarai ada akar yang rusak
ataupun terlalu panjang (disesuaikan dengan besarnya tanaman maskot dan pot)
sebaiknya dipotong. Demikian juga untuk daunnya, apabila terlalu rimbun perlu
untuk dikurangi. Kemudian bibit ditanam dalam pot yang sudah terisi bahan
sepertiga bagian dan lanjutkan penambahan media tanam hingga dua pertiga bagian
pot. Langkah selanjutnya isilah pot bertingkat tersebut dengan nutrisi yang
dibutuhkan (sesuai paparan dibawah). Sedang untuk pertama kalinya, tanaman
perlu pengerudungan dengan plastik transparan selama dua minggu, letakkan
ditempat yang teduh.
Formulasi Kebutuhan Nutrisi
Pemenuhan
kebutuhan nutrisi bisa anda peroleh dengan cara memberi berbagai macam pupuk
khusus hidroponik dengan formulasi tertentu yang banyak tersedia ditoko-toko
pertanian. Dalam fase awal pertumbuhan perlu perawatan secara rutin, misalnya
dipagi hari tanaman perlu dikenakan sinar matahari. Kemudian juga perlu
pemupukan secara rutin dalam setiap dua hingga lima hari sekali. Gunakan pupuk
NPK sebanyak satu sendok makan untuk kemudian larutkan kedalam sepuluh liter
air. Masukkan larutan pupuk ini kedalam pot dasar sesuaikan dengan ketersediaan
air dalam pot. Sebagaimana dalam paparan dimuka, untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi bisa juga dilakukan dengan pemberian pupuk tambahan. Yang pemenuhannya
bisa melalui daun, misalnya disemprot dengan Mamigro ataupun tambahan pupuk
mikro dengan aplikasi seminggu sekali. Mengenai kebutuhan nutrisi dalam teknik
hidroponik, Soedarsono salah seorang civitas akademika dari IPB Bogor juga
pernah menentukan sebuah formula sebagai berikut : Kebutuhan unsur makro
dapat dipenuhi dengan 6 gram urea, 9 gram SP36, 5 gram 2K, 5 gram garam inggris
(MgSO4) dan 7,5 gram kapur (kalsium karbonat). Sedangkan unsur mikronya dapat
dipenuhi dengan 2,86 gram asam boraks, 0,22 gram asam sulfat, 2.03 gram mangan
sulfat, 0.08 gram terusi, 0.02 asam molibdad dan 7.5 gram Fechelat. Cara
pengaplikasiannya seperti dalam penggunaan NPK, yakni semua unsur baik makro
maupun mikro dilarutkan kedalam 10 liter air. Salah satu bentuk budidaya
hidroponik secara besar-besaran dalam greenhouse.
Keuntungan teknik hidroponik
Untuk
keperluan hiasan, pot dan tanaman akan selalu bersih sehingga peletakan tanaman
dalam ruangan akan lebih fleksibel. Sehingga untuk mendisign interior ruangan
rumah akan bisa lebih leluasa dalam menempatkan pot-pot hidroponik. Bila
tanaman yang digunakan adalah tanaman bunga, untuk bunga tertentu bisa diatur
warna yang dikehendaki, tergantung tingkat keasaman dan basa larutan yang
dipakai dalam pelarut nutrisinya. Penggunaan tanaman buah-buahan seperti
kedondong bangkok misalnya, menurut Santosa akan bisa menghasilkan penampakan
tanaman yang dapat berbuah lebat sepanjang waktu. Kuncinya adalah dengan
mengatur C/N ratio, yakni melalui pemangkasan pada cabang, batang dan daun yang
tumbuh berlebihan. Disamping, pemangkasan juga akan merangsang pembungaan dan
pembuahan.Selain itu, hidroponik juga alternatif pengganti tanah.
2.
AEROPONIK
Aeroponik merupakan salah satu cara budidaya tanaman hidroponik.
Cara ini belum sefamiliar cara-cara hidroponik lainnya (seperti cara tetes, NFT
- Nutrient Film Technique). Kalau dilihat dari kata-kata penyusunnya, yaitu
terdiri dari Aero + Phonic. Aero berarti udara, phonik artinya cara budidaya,
arti secara harafiah cara bercocok tanam di udara, atau bercocok tanam dengan
system pengkabutan, dimana akar tanamannya menggantung di udara tanpa media
(misalkan tanah), dan kebutuhan nutrisinya dipenuhi dengan cara spraying ke
akarnya.
Sejarah ditemukannya cara ini berawal dari penemuan cara
hidroponik. Selanjutnya dikembangkanlah system aeroponik pertama kali oleh Dr.
Franco Massantini di University of Pia, Italia. Di Indonesia, perintis
aeroponik secara komersial adalah Amazing Farm pada tahun 1998 di Lembang
(Bandung).
Mengapa harus aeroponik?
Sebuah produk yang dipasarkan, khususnya dengan market toko
swalayan/supermarket/ hypermarket dituntut 3 hal pokok, yaitu: kualitas,
kontinuitas dan produktifitas. Untuk memenuhi ketiga syarat tersebut jika cara
budidaya dengan cara konvensional (di tanah) sulit sekali karena banyak faktor
yang mempengaruhi. Salah satu cara untuk memenuhi ketiga tuntutan tersebut
adalah dengan system hidroponik, khususnya aeroponik. Beberapa alasan
menggunakan system aeroponik adalah sebagai berikut :
Luasan lahan untuk pertanian dengan tanah semakin berkurang,
harga sewa/beli tanah juga mahal. Dengan menerapkan system aeroponik akan
mengurangi ketergantungan ketersediaan tanah dan tidak dibutuhkan rotasi lahan.
Dengan system ini setiap saat kita bisa menanam, yang akhirnya setiap hari bisa
memanen.
Indonesia mempunyai 2 musim , dimana musim hujan untuk pertanian
sayuran di tanah akan menghadapi kendala yang lebih besar, jadwal tanam berubah
dan sering terhambat. Dengan aeroponik dipastikan bisa menanam sepanjang musim.
Artinya ketersediaan sayuran bisa terjamin.
Penanaman di tanah sangat tergantung pada kualitas tanah dan
perawatan serta cuaca. Jika tidak mengetahui kualitas tanah, akan sulit untuk
memaksimalkan pertumbuhan tanaman. Diperparah lagi jika musim hujan, banyak
hara yang tercuci oleh air hujan (leaching). Dengan cara aeroponik,
ketersediaan nutrisi tanaman terjamin setiap saat, sehingga pertumbuhannya bisa
optimal, bahkan maksimal. Pada komoditi tertentu bahkan bisa diperpendek umur
panen dengan kualitas yang sama. Pertumbuhan optimal akan mempengaruhi kualitas
sayuran yang diperoleh. Kualitas premium dengan volume yang banyak bukanlah
sesuatu yang mustahil untuk diperoleh.
Cara aeroponik tidak terlalu membutuhkan tenaga kerja yang banyak, sehingga menjamin efisiensi tenaga kerja.
Cara aeroponik tidak terlalu membutuhkan tenaga kerja yang banyak, sehingga menjamin efisiensi tenaga kerja.
Hasil yang diperoleh merupakan produk yang bersih (tidak
memerlukan pencucian), sehat (selama proses budidaya tidak menggunakan
pestisida, karena ditanam di dalam green house).
Karena dipanen umur muda, daging sayur terasa lebih renyah
daripada sayur hasil penanaman di tanah.
Kita bisa
membandingkan kelebihan dan kekurangan cara aeroponik dan cara tanam di tanah:
ITEM
AEROPONIK
TANAM DI TANAH
Kebutuhan lahan
AEROPONIK : Luasan yang sempit masih bisa digunakan, kontur lahan tidak harus datar, produktifitas lahan tinggi
TANAM DI TANAH : Harus luas, realtif datar, perlu rotasi, produktifitas lahan tergantung jenis tanah
MUSIM
AEROPONIK : Tidak tergantung musim. Catatan: yang dimaksud di sini adalah kita bisa menanam sepanjang musim, walaupun tentu di musim hujan produktifitas relatif turun karena proses fotosintesis tidak berlangsung sempurna seperti di musim panas
TANAM DI TANAHTergantung musim
KETERSEDIAAN BARANG
AEROPONIK : Ada sepanjang tahun
TANAM DI TANAH : Tidak selalu ada sepanjang tahun
KUALITAS BARANG
AEROPONIK : Bersih, sehat, renyah, aroma kurang
TANAM DI TANAH : Tidak selalu bersih, belum tentu sehat, relatif liat/alot, aroma kuat
SARANA & PRASARANA
AEROPONIK : Butuh green house, suplai listrik yang relative besar,
TANAM DI TANAH : Tidak butuh sarana yang mahal
TEKNOLOGI
AEROPONIK : Teknologi menengah-tinggi
TANAM DI TANAH : Teknologi sederhana
OPERATOR
AEROPONIK : Harus mengerti teknologi, sedikit orang
TANAM DI TANAH : Tidak perlu mengerti teknologi, banyak orang
INVESTASI AWAL
AEROPONIK : Sedang – besar
TANAM DI TANAH : Kecil – sedang
WAKTU
AEROPONIK : Pendek (1 bulan panen), tanpa pengolahan lahan, setiap hari tanam-setiap hari panen
TANAM DI TANAH : Sedang-panjang (1,5 – 2 bulan panen), ada waktu untuk pengolahan lahan, tidak bisa setiap saat tanam dan panen
KEPENUHAN NUTRISI
AEROPONIK : Terpenuhi karena kita bisa mengaturnya dengan ukuran (formula) yang pasti.
TANAM DI TANAH : Tidak selalu (pemenuhan kebutuhan nutrisi sulit diukur dengan tepat)
HAMA DAN PENYAKIT
AEROPONIK : Relatif aman, terlindung oleh green house
TANAM DI TANAH : Beresiko karena ruang terbuka
FLEKSIBILITAS
AEROPONIK : Tanaman dapat dipindah-pindah tanpa tanpa mengganggu pertumbuhan; contoh: pada saat pompa air mati, tanaman dapat dipindah ke unit produksi yang lain.
TANAM DI TANAH : Tanaman tidak bisa dipindah-pindah, tanaman akan stress.
AEROPONIK : Tanaman dapat dipindah-pindah tanpa tanpa mengganggu pertumbuhan; contoh: pada saat pompa air mati, tanaman dapat dipindah ke unit produksi yang lain.
TANAM DI TANAH : Tanaman tidak bisa dipindah-pindah, tanaman akan stress.
KECEPATAN ADAPTASI
AEROPONIK : Saat pindah tanam, bibit bisa langsung tumbuh tanpa aklimatisasi lama
TANAM DI TANAH : Aklimatisasi lama
Melihat kelebihan dan kekurangan dari cara aeroponik, kita bisa
memilih komoditi apa yang bisa dibudidayakan supaya mendapat keuntungan,
mengingat investasi awal yang cukup besar.Berdasarkan pengalaman dari Amazing
Farm selama sekitar 10 tahun, hampir semua komoditi bisa dibudidayakan secara
aeroponik, pemilihan komoditi untuk ditanam dengan system aeroponik:
Akar yang menggantung pada selada keriting Umur pendek, semakin
pendek umur tanaman berarti dalam 1 tahun kita dapat menanam berkali-kali.
Contoh: jika umur tanaman 60 hari, 1 tahun dapat menanam 6 kali; jika umur 30
hari, 1 tahun dapat menanam 12 kali. Contoh ekstrim kangkung dapat ditanam di
daerah dataran rendah dengan umur panen 18 hari setelah tanam.
Harga jual tinggi Unik, dengan bibit impor yang biasanya
hasilnya berbeda dan lebih bagus dari produk yang ada di pasar lokal, harga
jual sayuran bisa tinggi. Komoditi yang dibudidayakan oleh Amazing Farm dibagi
dalam 2 kelompok besar berdasarkan kecocokan tanaman terhadap mikroklimat/ketinggian
lahan, yaitu :
Kelompok sayuran dataran tinggi, meliputi :a. Golongan selada
(lettuce): selada keriting, romaine, butterhead, batavia, lollorossab. Golongan
Chinese vegetables: pakcoy, petsay, caisim, kalian, siomakc. Golongan lainnya:
kangkung, bayam, horenzo (bayam Jepang)
Kelompok sayuran dataran rendah meliputi ;a. Golongan Chinese vegetables: pakcoy, caisimb. Golongan lain: kangkung, bayam Pemilihan komoditi juga berdasarkan kebutuhan konsumen. Sebenarnya system aeroponik juga bisa digunakan untuk budidaya tanaman hias dan komoditi lainnya. Yang pernah dicoba adalah budidaya kentang (untuk memperoleh jumlah benih kentang yang banyak dan seragam) dan anthurium “wave of love”. Intinya pemilihan komoditi harus punya nilai jual yang tinggi supaya biaya operasional tertutup.
Kelompok sayuran dataran rendah meliputi ;a. Golongan Chinese vegetables: pakcoy, caisimb. Golongan lain: kangkung, bayam Pemilihan komoditi juga berdasarkan kebutuhan konsumen. Sebenarnya system aeroponik juga bisa digunakan untuk budidaya tanaman hias dan komoditi lainnya. Yang pernah dicoba adalah budidaya kentang (untuk memperoleh jumlah benih kentang yang banyak dan seragam) dan anthurium “wave of love”. Intinya pemilihan komoditi harus punya nilai jual yang tinggi supaya biaya operasional tertutup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar