( news and advertising is only the copy from their respective websites, in order to expand knowledge. )
Jika diketahui, persamaan gerak 2.1 menjadi turunan kedua persamaan
differensial biasa untuk fungsi yang tidak diketahui sebagai suatu
fungsi atau semua variabel t, x dengan v. untuk beberapa gerak yang
diperoleh dari system dinamik, semua variabel dinamik (x, v, F, p, T dan
lain-lain) diasosiasikan dengan semua system sebagi berikut, arah,
fungsi pada waktu t, yang masing- masing dengan nilai-nilai pasti
tergantung pada waktu t secara khusus. Walaupun dalam beberapa hal
variabel dinamik masing- masing gaya dapat diketahui untuk memperoleh
hubungan fungsi pola x, atau v kombinasi dan x, v dan t.
Sebagai contoh, gaya gravitasi pada sebuah benda yang jatuh dari ketinggian dari tanah diketahui sebagai fungsi waktu. Pergeseran tarikan pada masing-masing benda tergantung pada kecepatan dan di atas tanah; jika keadaan atmosfer berubah, itu akan tergantung pada t. jika F diberikan sebagai F (x,v,t) ketika x(t) dan v(t) diketahui fungsi ini dapat disubstitusikan dengan memberi F sebagai fungsi waktu t; walaupun secara umum ini tidak dapat diperoleh sampai akhirnya fungsi F(t) dapat didefenisikan pada gerak partikel yang dimungkinkan. Dalam beberapa hal , jika F diberi sebagai F(x,v,t) yang mana F tergantung pada variabel ini. Akhirnya persamaan 2.1 menjadi persamaan differensial yang disebut:
Ini adalah tipe kedua yang paling umu persamman differensial biasa dan
kita dapat dibingungkan dalam bab ini denga kesimpuan materi ini dan
aplikasi, masalah mekaniknya.
Persamaan (2.9) diaplikasikan untuk semua gerak dari partikel sampai
aksi dari gaya khususnya. Secara umum, ada banyak jenis gerak, untuk
persamaan 2.9 hanya menggambarkan percepatan partikel pada setiap waktu
tertentu dari posisi dan kecepatannya yang juga singkat. Jka kita
mengetahui posisi dan kecepatan sebuah partikel pada waktu tertentu,
kiyta dapat menentukan posisinya pada waktu yang singkat . dengan
mengetahui percepatannya , kita dapat menentukan kecepatannya dalam
waktu yang singkat. Dengan cara ini, kita dapat menentukan posisi dan
kecepatan suatu partikel jika posisinya x0 dan kecepatannya v0 diketahui pada waktu t0. beberapa harga x0 dan v0 akan ditunjukkan pada gerak vertical. Kita sebut t0 pada kecepatan awal, walaupun itu mungkin untuk momen tertentu dalam sejarah partikel, dan nilai untuk x0 dan v0 pada t0 kita
sebut keadaan awal. Sebagai gantinya harga khusus x dan v awal, kita
peroleh harga awal dari jumlah dua harga x dan v yang dapat dijelaskan:
Sebagai contoh, kita dapat spesifikasiakan x0 dan momentum awal p0 = m.v0.
keadaan awal ini, bersama dengan persamaan (2.9) kemudian dijelaskan
dengan baik oleh defenisi secara jelas dimana dapat berupa sebuah fungsi
x(t) yang unik yang menjelaskan gerak partikel dipengaruhi kondisi
khusus.
Teori matematika dari persamaan differensial orde dua ditunjukkan untuk
hasil yang sesuai dengan apa yang kita harapakan dari masalah fisika
murniyang diselesaikan dengan persamaan. Teori yang ditegaskanini
biasanya sebuah persamaan dari bentuk (2.9) memounyai penyelesaian x(t)
bersambung yang unik yang diambil dari harga x0 dan x dipilih dari harga awa;l t0 dari
t. “biasa” maksudnya disini adalah dimulainya pelajaran mekank oleh
siswa “ dalam semua kasus menarik tentang fisika”. Komponen persamaan
differensial (2.0) diperoleh dari masalah persaman diferensial. Kita
ketahui bahwa beberapa masalah fisika selalu mempunyai pemecahan yang
unik, dan oleh karena itu beberapa fungsi gaya F(x,x,t) yang dapat
terjadi dalam sebuah nasalah fisika yang perlu diselesaikan untuk
harga-harga x,x,t untuk fisika. Jadi biasanya kita tidk perlu cemas
mengenai kesimpulan yang sudah ada. Walaupun masalah mekanika melibatka
beberapa penyederhanaan dari hal Sfisika actual, dan itu mungkin
penyederhanaan/ kalaupun tidak diubah dalam berbagai bentuk hasil
permasalahan matematik tidak selamanya memiliki pemecahan yang berbed
pada saat dihadapkan dengan permasalahan yang sulit, mereka
berkonsultasi dengan intuisi fisika atau memeriksa letak kesalahan pada
saat ditemukan. Beberapa aturan yang diterapkan untuk menyelesaikan
persoalan matematika, tetapi cara tersebutlah yang paling tepat dan
cepat untuk memperoleh solusi dari prmasalahan. Ahli fisika dituntut
untuk memehami dan menggunakan metoda ,atematika yang tepat untuk
menyelesaikan masalah matematika.
Keberadaan teori untuk persamaan (2.9) menyatakan adanya solusi
matematika yang lain. Untuk semua permasalahan yang akan timbul dalam
percobaaan. Dalam beberapa kasus solusi yang pasti dapat ditemukan dari
metoda pertama. Kebanyakan masalah ditentukan dengan cara yang
sederhana. Pada dasarnya permasalahan mekanika pada fisika dapat
diselesaikan tanpa banyak kesulitan. Kenyataannya, satu alas an mengapa
beberapa masalah selalu diabaikan karena dapat dengan mudah
diselesaikan. Ahli fisika memusatkan perhatian menentuka dan membuktikan
hokum fisika. Dalam pembuktiannya, mereka bebas untuk memilih dengan
analisis matematika agar tidak terlalu sulit dilaksanakan. Berbeda
dengan ahli mesin, mereka memeilih permasalahan karena mudah dipecahkan.
Tetapi karena cukup berguna. Dalam permesinan banyak permasalahan
muncul karena pemecahannya sangat sulit atau tidak mungkin diperoleh.
Dengan berbagi metode yang diperoleh akan didapat solusi yang akan
dibahas dalam berbagai sudut pandang, dan yang terpenting adalah
pemecahan masalah sesuai dengan apa yang ditemukan. Kita diharapkan
mengalihkan perhatian pada beberapa contoh yang dapat diterapkan dengan
metode sederhana.
NO
|
RUMUS
|
SIMBOL
|
SATUAN
(SI)
|
INFORMASI PENTING
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||
1
|
Massa Jenis
ρ =
|
ρ = massa jenis
m = massa
v = volum
|
Kg/m3
Kg
m3
|
1 g/cm3 =1000 Kg/m3
1 Kg/m3 = 0,001 g/cm3
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||
2
|
Pemuaian panjang zat padat
|
= pertambahan
panjang
= panjang mula-mula
= koefisien muai
zat padat
∆T = perubahan suhu
= panjang akhir
|
m
m
/oC atau /K
oC
m
|
Khusus bagian ini dan tidak harus dalam meter asalkan satuan keduanya sama misal
dalam cm
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||
3
|
Kalor
a.
Kalor untuk menaikan suhu benda
Q = m.c.∆T
b.
Kalor untuk merubah wujud benda
Q = m.L
c.
Asas Black
m1.c1.(T1-Tc) = m2.c2.(Tc-T2)
d.
Alat Pemanas
|
Q = kalor
m = massa
c = kalor jenis
L = kalor laten (kalor uap, kalor embun, kalor beku,
kalor lebur)
P = daya alat pemanas
t = waktu untuk menaikan
suhu
|
Joule
Kg
J/KgoC
J/kg
watt
sekon
|
1 kalori = 4,2 Joule
1 Joule = o,24 kalori
T1>T2 (Benda yang mempunyai
suhu lebih diletakkan di ruas kiri)
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||
4
|
Gerak Lurus Beraturan
s = v.t
|
s = jarak
v = kecepatan
t = waktu
|
M
m/s
s
|
1 km/jam = 1 x m/s
1 m/s = 1 x m/s
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||
5
|
Gerak Lurus Berubah
Beraturan
Vt = vo+at
Vt2 = vo2 +
2as
S = vot+(1/2)a.t2
|
vo =
kecepatan awal
Vt =
kecepatan akhir
a = percepatan
t = waktu
s = jarak
|
m/s
m/s
m/s2
sekon
m
|
Untuk perlambatan a bernilai negatif
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||
6
|
Gaya
F = m.a
Berat
w = m.g
|
F = gaya
m = massa
a = percepatan
w = berat
g = percepatan gravitasi
|
Newton
kg
m/s2
N
m/s2
|
Besarnya massa selalu tetap, namun berat tergantung
percepatan gravitasi di mana benda tsb berada
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||
7
|
Tekanan Zat Padat
|
p = tekanan
F = gaya
A = luas permukaan
bidang
|
Pascal (Pa)
N
m2
|
1 Pa = 1 N/m2
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||
8
|
Tekanan Zat Cair
Sistem hidrolik
Gaya apung / gaya ke
atas
FA = wu – wf
FA = ρ.V.g
|
ρ = massa jenis cairan
g = percepatan gravitasi
h = kedalaman zat cair
F1 = gaya
pada penampang 1
F2 = gaya
pada penampang 2
A1 = Luas
penampang 1
A2 = Luas
penampang 2
FA = Gaya ke
atas
wu= berat
benda ditimbang di udara
wf = berat benda dalam cairan
V = volum zat cair yang
dipindahkan
|
Kg/m3
m/s2
m
N
N
m
N
N
N
|
Sistem hidrolik diaplikasikan pada mesin pengangkat
mobil sehingga beban yang berat dapat diangkat dengan gaya yang lebih kecil,
satuan A1 harus sama dengan A2 dan satuan F1 harus
sama dengan F2
ρ.V.g merupakan berat zat cair yang dipindahkan benda
ketika benda dicelupkan ke dalam suatu cairan
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||
9
|
Tekanan gas pada ruang
tertutup
P1.V1 = P2.V2
|
P = Tekanan
V = Volume gas
|
atm
m3
|
Suhu gas dianggap tetap
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||
10
|
Energi potensial
Ep = m.g.h
Energi Kinetik
Ek = mv2
|
m = massa
g = percepatan gravitasi
h = ketinggian
v = kecepatan
|
kg
m/s2
m
m/s
|
Pada saat buah kelapa jatuh dari pohon, buah mengalami
perubahan bentuk energi dari energi potensial menjadi energi kinetik
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||
11
|
Pesawat Sederhana
Pengungkit
w. w = F. F
Keuntungan mekanis Pengungkit
KM = =
Katrol
KM =
Bidang Miring
KM = =
|
w = berat beban
F = gaya / kuasa
w =
lengan beban
F = lengan
kuasa
KM = keuntungan mekanis
s =
panjang bidang miring
h = tinggi bidang miring dari permukaan tanah
|
N
N
m
m
-
m
m
|
Pada takal / sistem katrol, besarnya KM ditentukan oleh
jumlah banyak tali yang menanggung beban atau biasanya sama dengan jumlah
katrol dalam sistem tsb.
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||
12
|
Getaran
f = =
T = =
Gelombang
v =
|
f = frekuensi getaran /
gelombang
T = periode getaran /
gelombang
n = jumlah getaran /
gelombang
v = cepat rambat
gelombang
= panjang (satu) gelombang
|
Hertz
sekon
-
m/s
m
|
Hertz = 1/sekon
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||
13
|
Bunyi
d =
|
d = kedalaman
v = cepat rambat gelombang bunyi
t = selang waktu antara
suara (atau sonar) dikirim sampai didengar / diterima kembali
|
m
m/s
sekon
|
Rumus ini dapat digunakan untuk mengukur kedalaman air
atau kedalaman gua.
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||
14
|
Cahaya
Cermin Lengkung (cekung
dan cembung)
Menentukan sifat
bayangan cermin cekung
Ruang Benda+Ruang Bay = 5
III
II I IV
R f
O
Lensa (cekung dan
cembung)
(depan) ( belakang)
2F2 F2 O
F1 2F1
|
f = jarak fokus cermin
R = jari-jari kelengkungan cermin
So = jarak benda di depan cermin
Si = jarak bayangan dari cermin
Hi = Tinggi bayangan
Ho = Tinggi benda
M = Perbesaran
Pada cermin cekung :
P = kekuatan lensa
f = jarak fokus lensa
Pada lensa cembung :
|
cm
cm
cm
cm
cm
cm
- (kai)
dioptri
|
f cermin cekung (+)
f cermin cembung (-)
Si (+)=bayangannyata
Si (-)=bayangan maya
M > 1 bay diperbesar
M = 1 bay sama besar
M < 1 bay diperkecil
Bayangan yang dibentuk cermin cembung selalu bersifat : maya, tegak, diperkecil
Untuk mencari kekuatan lensa, jarak fokus harus dalam
meter
f lensa cembung (+)
f lensa cekung (-)
Si (+)=bayangannyata
Si (-)=bayangan maya
M > 1 bay diperbesar
M = 1 bay sama besar
M < 1 bay diperkecil
Bayangan yang dibentuk lensa cekung selalu bersifat : maya, tegak, diperkecil
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||
15
|
Alat Optik
a.
Lup
Ma=
Mt=
b.
Mikroskop
M = fob x fok
|
Ma = Perbesaran untuk
mata berakomodasi maksimum
Mt = Perbesaran untuk
mata tidak berakomodasi / rileks
f = fokus lup
M = Perbesaran Mikroskop
fob = fokus
lensa obyektif
fok = fokus
lensa okuler
|
- (kali)
- (kali)
- (kali)
cm
cm
|
Lensa okuler merupakan lensa yang berada di dekat mata
pengamat
Lensa obyektif berada di dekat obyek yang diamati
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||
16
|
Listrik Statis
|
F = gaya coulomb
k = konstanta coulomb
Q = muatan listrik
d = jarak antar muatan
I = arus listrik
t = waktu
|
N
Nm2/c2
coulomb
m
ampere
sekon
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||
17
|
Listrik Dinamis
Hukum Coulomb
V = I.R
Hambatan Penghantar
Rangkaian Seri R
Rt = R1+R2+....+Rn
Rangkaian Paralel R
Rangkaian Paralel
terdiri dari 2 Resistor
Rt =
Hukum Kirchoff 1
I masuk = I keluar
Rangkaian Listrik dengan
hambatan dalam
a. Baterai Seri
b. Baterai Paralel
|
V = beda potensial
W = energi listrik
Q = muatan listrik
R = hambatan
ρ = hambatan jenis
= panjang kawat
penghantar
A = Luas penampang
penghantar
I = kuat arus
n = jumlah elemen
E = GGL (gaya gerak
listrik)
r = hambatan dalam
sumber tegangan
R = hambatan luar total
|
volt
joule
coulomb
ohm(Ω)
Ωm
m
m2
ampere
-
Volt
ohm
ohm
|
GGL merupakan beda potensial baterai yang dihitung saat
rangkaian terbuka atau beda potensial asli baterai
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||
18
|
Energi Listrik dan Daya
Listrik
a. Energi Listrik
W = Q.V
W = V.I.t
W = I2Rt
W=
b. Daya Listrik
P = V.I
P= I2R
P =
P =
|
W = Energi Listrik
Q = Muatan Listrik
V = tegangan / beda
potensial
I = Kuat Arus Listrik
P = Daya Listrik
t = waktu
|
joule
coulomb
volt
ampere
watt
sekon
|
i kalori – 4,2 Joule
I J = 0,24 kal
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||
19
|
Gaya Lorentz
F = B.i.
|
F = Gaya Lorentz
B = Kuat medan magnet
i = kuat arus listrik
= panjang kawat
|
N
Tesla
A
m
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||
20
|
Transformator
Efisiensi Transformator
|
Vp = tegangan primer /
masukan
Vs = teg. Sekunder /
keluaran
Ip = Arus primer /
masukan
Is = Arus sekunder /
keluaran
Np = jumlah lilitan
primer
Ns = Jumlah lilitan
sekunder
Ws = Energi keluaran
Wp = Energi masukan
Ps = Daya keluaran
Pp = Daya masukan
|
V
V
A
A
-
-
J
J
watt
watt
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar